Mengenai Saya

Foto saya
Aku hidup dalam perasaan tentang cinta, keadilan, dan kebenaran. Tersayat oleh kebutaan dunia, terguncang oleh ketidakpekaan rasa, terpaku oleh hati yang membeku.

Senin, 25 Agustus 2008

Perjalanan

dari sebuah titik pertemuan
melangkah ke perbatasan
dan diantara sunyi dan mati
tinggal mimpi tersembunyi
hasrat puisi
mengalahkan semua hati

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Diam

"Prak.." Terdengar lentingan pintu di sudut kelas. Disambarnya jantung pintu tersebut dengan jemari putih padat miliknya. Ia melangkahkan kakinya senada detak irama nafasnya. Ditariknyalah kursi kayu yang tergeletak lemah di atas lantai itu, dan disandarkannyalah bokongnya ke bujur kursi tersebut. Ia tergulai pasif di tengah kelas.
Ia hanya dapat diam dan menopang dagunya yang putih. Yah, itulah ia. Dengan kondisinya yang begitu dramatis, ia melemparkan p[andangannya ke senyuman teman2 nya. Entah bagaimana cara ia menilai senyuman teman2nya itu.
Ia ghanya diam. Diam senada bukan bisu biasa. Ia diam bukan karena ia tidak tahu. Ia diam bukanlah karena ia malas bicara. Dan bukan karena tiada pertanyaan tajam yang mengarah kepadanya. Namun, karena ia merasa bahwa jawaban terbaik yang dimilikinya adalah dengan cara mendiamkan pertanyaan itu. Maka itulah, ia hanya dapat diam.
Selain itu, diam adalah cara ia bersosialisasi dengan air liur dan serangkaian anggota dalam mulut yang dimilikinya.
Di saat masalah hilir datang berganti membelainya, ia hanya dapat diam membiarkan batinnya ternodai segelintir masalah itu.
Karena sadar atau tidak sadar, perasaaan dilema selalu ada dalam diri anak itu. Lalu, hingga kapankah anak itu tetap diam?

-adelaidesta-