Mengenai Saya

Foto saya
Aku hidup dalam perasaan tentang cinta, keadilan, dan kebenaran. Tersayat oleh kebutaan dunia, terguncang oleh ketidakpekaan rasa, terpaku oleh hati yang membeku.

Rabu, 18 Juni 2008

kata langit

biarkan batas pergi pada kesendiriannya
diam di antara banyak sunyi
sedang langit keruh
dalam birahi
rindu yang kau tiupkan

3 komentar:

Anonim mengatakan...

UnTuk *ia yg teLah BeRadA di SiSi Bapa,,, tepatnya di SuRGa...

mei mohon maaf atas semua kesalahan mei ke *ia,,,

mei seneng n bersyukur banget bisa kenal dan bersahabatan akrab dengan *ia,,,

bisa satu sekolah dari playgroup - tk - sd dengan *ia,,

bisa duduk bersebelahan dengan *ia,,

bisa merasakan suka duka bersama yang terlampir dari beragamnya permainan dan masalah yang ada bersama *ia...

hikzzzz 999x...

tak cukup derai air mata ini membuad mei melupakan sosok *ia di hidup ini,,,

walau itu semua mau tidak mao hanyalah menjadi sebuah kenangan masa kecil... hikz....

HuWh,,,, gx ada kata lagi yang bisa mei ungkapin...

Karena mei telah berbeda 'alam dan dunia' dengan *ia...

JuLukan 'kuLi' yg *ia berikan ke mei semasa sd begitu melekatkan sosok *ia di hidup mei...

mei akan kenang ituwh semua.. (JanJi mei..)


***Selamad jalan *DOnnie...


Kamu dah tenang dan bahagia di 'SurGa' bersama Bapa...

Terimakasih kawand,, sudah mewarnai hidup Mei...

Anonim mengatakan...

Lahir tanpa bisa memilih barang apa saja yang ingin kita miliki kelak..
Lahir tanpa bisa memilih siapa yang menjadi orangtua kandung kita...
Lahir tanpa bisa memilih di mana kita dilahirkan..
Segudang harapan membendung pikiran baik dari setiap orang yang baru melihat kita di dunia...
Langkah yang pasti harus kita dendangkan dalam setiap interval hidup kita..
Entah berapapun umur kita kelak..
Namun,, hidup ini adalah langkah untuk pemenuhan iman,, bukanlah jalan untuk pemenuhan materi..
Karena materi tidaklah kita bawa pada sat penjemputan pun tiba..
Dalam hidup ada pertemuan dan perpisahan,, namun,, entah kapan itu terjadi,, kita pun tidak tahu...
Satu hal yang melekat kuat dalam jiwa bahwa pemikiran pandai seringkali terpendam dalam hal yang bersifat bisu...
Sehingga,, pada saat penjemputan tiba pada siapapun ia,, jangan sampai kita mempunyai pikiran bahwa 'yang dijemput Bapa untuk berpulang kle SurGa itu bukanlah orang yang pintar semasa hidupnya'...
Karena sudah jelas ia pintar toh,, meng-iya-kan jemputan untuk pergi ke Surga yang damai dan bahagia serta bebas dari polusi dll,, di tengah situasi bumi yang apa-apa serba macet dan mahal ini...
Kalo di Surga mungkin tidak begitu...
Benar tak??

Indrawan Cahyadi mengatakan...

sepi amat ya?